Jumat, 25 April 2014

Menunggu

Aku tak tahu perkataan yang kamu ucapkan akan berujung indah atau tidak.
Aku tak tahu perkataan yang kamu ucapkan hanya sebatas kata yang keluar dari mulut atau kepastian.
Aku tak tahu perkataan yang kamu ucapkan akan kamu tepati atau tidak. Aku tak yakin.




yang aku tahu kamu berkata padaku dan menyuruhku untuk 'menunggu'.
Aku tak mengerti, mengapa kamu menyuruhku menunggu.
Bukankah kita berdua sudah mengetahui perasaan satu sama lain?
kamu membingungkan. Tak ada perkataan yang keluar dari mulut mu seperti 'maukah kamu jadi kekasihku'
lalu mengapa kamu menyuruhku untuk menunggu, untuk apa?

dan sekali lagi kamu hanya mengatakan "sudahlah nanti kamu akan tahu.

semua kegundahan hatimu ini kan terjawab, semua ketidak mengertianmu akan sesuatu yang jelas akan kamu ketahui setelah semua urusanku selesai. aku berjanji akan kembali kesini dan kamu, berjanjilah akan menunggu ku kembali.

Rabu, 16 April 2014

Menganalisa

Aku diam.
Aku terpaku pada sosok yang berhadapan denganku. Ya memang, itu hanya sosokku yang kulihat lewat cermin. Aku berkata lirih

"ya aku tahu, kamu memang lebih segala-galanya dariku. Kamu lebih cantik, kamu lebih smart dan mungkin dimata pria itu kamu lebih sempurna. Sedangkan aku?
Aku sangat jauh berbeda denganmu. Aku tak ada apa-apanya dibanding kamu. tak ada yang bisa kubanggakan. Ibarat bunga dengan rumput. Rumput hanya akan di pandang sebelah mata saja, bahkan hanya bisa di injak-injak, tak ada yang menyukai rumput. Sedangkan bunga, bunga akan tumbuh menjadi indah dan tidak ada yang menginjaknya dan mungkin jika ada yang merawatnya bunga itu akan menjadi cantik dan banyak disukai orang.

Kamu yang terlebih dahulu masuk di kehidupan pria itu. Kamu juga yang terlebih dahulu memikat hati pria itu, sampai kapan pun itu tak akan pernah berubah. 
 "aku kalah bahkan jauh sebelum mulai angkat senjata". Windhy Puspitadewi

sebut saja aku pesimis. Aku akan menjadi butiran pasir pantai yang kelakakan terbawa ombak laut.Aku akan membawa mati semua rahasia hatiku dan membiarkan kesedihanku terbawa ombak itu. Sekarang mungkin kamu memang ada di hidupku, tapi bukan untuk kumiliki.

"kerjap mata indahmu hanya untuk dia dan selamanya itu tak akan pernah berubah. Meski begitu, kenapa aku tidak berusaha berbalik dan mencari jalan keluar dari bayang-bayang dirimu? Mungkin memang sudah begini takdir rasaku. Cintaku padamu tak akan pernah melambung ke langit ketujuh".
Windhy Puspitadewi

Kamis, 10 April 2014

Dua Jalan

Malam sudah terlalu ralut. Diandra tak kunjung tidur.   
Diandra tak kuasa menahan tangisnya. Aku sangat merindukanmu, batinya. kenapa kamu meninggalkanku?
 padahal ada yang ingin kukatakan padamu.
 Air mata itu tak lama mereda, Diandra pun tertidur.


*** 


aku dimana?. Tempat ini indah sekali.

"memang tempat ini indah". Aku Yogi berdiri dari duduknya.

Ayo aku ajak kamu jalan-jalan di taman ini. Diandra pun mengikuti Yogi.

mengapa muka kamu bersedih terus?

sudahlah jangan bersedih terus. Aku yakin orang yang kamu sayang tak ingin melihat kamu seperti ini. Tersenyumlah jangan menangis lagi. Semua ini sudah menjadi takdir yang kuasa.



 Yogi aku ingin mengatakan sesuatu padamu.......

Kembalilah, aku merindukanmu, aku ingin melihatmu lagi, jangan tinggalkan aku.

Diandra..panggil Yogi dengan lirih sambil menyeka air matanya.

Kamu tak perlu mengatakan apapun padaku, aku sudah mengetahuinya. Aku tak bisa kembali, tempatku disini. Jika kamu merindukan aku, lantunkan doa untukku.

Kalo gitu aku ingin ikut denganmu.Boleh kan?



 Tidak. Tidak boleh. Disini bukan jalanmu. Kamu belum waktunya berada disini. Kembalilah bersama mereka, bersama keluargamu, bersama sahabt-sahabatmu yang masih ada diduniamu. Berjanjilah setelah ini jangan bersedih lagi.



Tapi... aku mencintaimu, aku meridukanmu.

Diandra mengejar-ngejar cahaya putih yang semakin menjauh. Jangan tinggalkan aku.

'Diandra menangis'



Taklama Diandra terbangun. Kenapa itu hanya mimpi. Aku fikir itu kejadian nyata. Nafasnya tersengal-sengal seperti orang abis berlari.