Aku terpaku pada sosok yang berhadapan denganku. Ya memang, itu hanya sosokku yang kulihat lewat cermin. Aku berkata lirih
"ya aku tahu, kamu memang lebih segala-galanya dariku. Kamu lebih cantik, kamu lebih smart dan mungkin dimata pria itu kamu lebih sempurna. Sedangkan aku?
Aku sangat jauh berbeda denganmu. Aku tak ada apa-apanya dibanding kamu. tak ada yang bisa kubanggakan. Ibarat bunga dengan rumput. Rumput hanya akan di pandang sebelah mata saja, bahkan hanya bisa di injak-injak, tak ada yang menyukai rumput. Sedangkan bunga, bunga akan tumbuh menjadi indah dan tidak ada yang menginjaknya dan mungkin jika ada yang merawatnya bunga itu akan menjadi cantik dan banyak disukai orang.
Kamu yang terlebih dahulu masuk di kehidupan pria itu. Kamu juga yang terlebih dahulu memikat hati pria itu, sampai kapan pun itu tak akan pernah berubah.
"aku kalah bahkan jauh sebelum mulai angkat senjata". Windhy Puspitadewi
sebut saja aku pesimis. Aku akan menjadi butiran pasir pantai yang kelakakan terbawa ombak laut.Aku akan membawa mati semua rahasia hatiku dan membiarkan kesedihanku terbawa ombak itu. Sekarang mungkin kamu memang ada di hidupku, tapi bukan untuk kumiliki.
"kerjap mata indahmu hanya untuk dia dan selamanya itu tak akan pernah berubah. Meski begitu, kenapa aku tidak berusaha berbalik dan mencari jalan keluar dari bayang-bayang dirimu? Mungkin memang sudah begini takdir rasaku. Cintaku padamu tak akan pernah melambung ke langit ketujuh".
Windhy Puspitadewi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar